Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KKN,,, MENYAMBUNG TALI PERSAUDARAAN


Alhamdulillah,,,,,,
Ahirnya berahir sudah masa-masa menggalaukan di UAS,,,,,he
Walaupun masih terselip rasa khawatir tentang nilai yang akan kudapat. Aku berharap nilai-nilai ku tidak mengecewakan,,,,amin.

Masalah UAS beres, kini tinggal KKN menanti,,,,
Hmmmm ternyata aku kebagian KKN di tempat yang cukup jauh yaitu di Desa Tonjong Kecamatan Pancatengah dengan tema Daya Beli. Dalam kelompok ini terdiri dari berbagai jurusan dari beberapa fakultas. Hanya ada satu orang yang ku tahu dari deretan nama yang tertera dalam kelompok 30 ini.

19 Januari 2013, dimana hari kita pertama bertemu dan berkumpul saling memperkenalkan diri masing-masing. Setelah berkenalan ternyaata aku lihat mereka semua baik dan menyenangkan. Walaupun ini hari pertama kita bertemu tapi rasanya kita sudah lama kenal, itu terlihat dari obrolan dan candaan mereka yang serasa kita itu sudah kenal lama. Disini kami membentuk susunan kepengurusan dan memilih satu orang ketua yang akan memimpin dan mengkoordinir kita semua selam 40 hari kita KKN. Dan yang terpilih menjadi ketua adalah Gian Riksa Wibawa dari jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, aku berharap dia dapat memimpin kami semua dengan baik dan bijak.....amin

Ngomong-ngomong tentang kepengurusan, eh ternyata aku terpilih menjadi sekretaris 2. Hmm aku akan bergelut kembali dengan surat-surat, proposal dan laporan. Aku berharap pengalaman dari organisasi yang telah kudapatkan selama ini dapat bermanfaat di KKN ini.

20 Januari 2013, kita melakukan survei lapangan ke desa Tonjong kecamatan Pancatengah. Yang ikut survei hanya 9 orang dikarenakan kendaraan yang terbatas. Kami kumpul jam 6 pagi tapi biasa karena ngaret jaddi kita berangkat jam 7 dari Tasik.
Hmmm jalannya luar biasa....walaupun di aspal dan bagus tapi jalannya sangat berkelok-kelok dengan tanjakan dan tikungan yang cukup tajam. Banyak hutan dan perkebunan yang kita lewati. Perjalanan ini memekan waktu sekitar 2 jam.

Setibanya disana eh ternyata Pak Kepala Desa-nya sedang tidak ada dirumah. Tapi akhirnya kita bertemu juga dengan beliau. Beliau sangat ramah dan baik. Setelah ngobrol-ngobrol dengan Pak Kepala Desa kita mencari rumah untuk kita tempati selama KKN ini. Setelah lama mencari akhirnya ketemu juga, rumah nya bagus cukup  untuk 21 orang dan sangat strategis karana berada di pinggir jalan raya, dekat dengan rumah Pak Kepela Desa dan Kantor Desa serta dipinggir rumah ada warung,,,,,,hehe

Setelah dzuhur kita pamitan pulang,,, eh tidak lama setelah jalan, ban motor yang aku naiki bocor, untung ada bengkel yang tidak jauh daari tempat kita berhenti. Setelah kurang lebih 1 jam akhirnya kita meneruskan perjalanan pulang. Eh lagi-lagi tidak lama setelah kita berangkat, bannya bocor lagi. Kini bengkel lumayan agak jauhan. Hemm dan akhirnya kita nyampe ke Tasik sekitar jam 3, yang tadinya aku mau langsung mudik nggak jadi deh karena kesorean.

Setelah kita survei bersama aku lihat kita semua jadi lebih dekat dan lebih akrab. Aku berharap nanti ketika kita tinggal bersama, tali persaudaraan ini akan semakin terikat kuat diantara kita,,,,,,amin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CERPEN


SEPORSI DOA RANI
(Karya Gyan Pramesty Gunawan)

Masa sekolah bukan melulu tentang dinamika dunia remaja, setidaknya untuk Rani, masa sekolah adalah masa dimana Ia harus menyatu bersama kepenatan, mencari gemerincing rupiah yang akan meringankan gelembung beban di pundak sang Emak. Lembaran putih catatan takdirnya, dihiasi oleh noktah kecoklatan yang terbentuk oleh peluh, dan terfermentasi oleh keadaan.
“ bulan depan ujian akhir, kalian Bapak panggil ke kantor karena kalian sudah ‘nunggak SPP selama 3 bulan. Kalo sampai bulan depan kalian tidak melunasinya, terpaksa Bapak tidak mengijinkan kalian ikut UAS.”
Sengatan listrik ribuan volt mengalir membekukan jantung Rani. Membuatnya berhenti bergerak untuk sepersekian detik kemudian bergerak kembali dalam bentuk dentuman-dentuman besar pengabar duka.
******
Adonan tepung putih yang Ia balurkan kepada berpotong-potong pisang menjadi saksi gelombang kelam yang terpancar di matanya. Fokus pandangannya tertuju pada satu titik, dimana seorang wanita paruh baya tampak tengah bergulat dengan denting pisau dan sayur-mayur. Butiran peluh menghiasi wajahnya, kuyu. Helaian rambutnya yang mulai memutih terlepas dari ikatan kusam di belakang kepalanya. Lengan tuanya, dipenuhi gurat-gurat keletihan, tak henti memotong aneka remah hijau yang ada dihadapannya. Kematian sang suami lima tahun silam, merubahnya menjadi srikandi yang harus berjuang menghidupi keempat anaknya, membusurkan panah keinginan dalam ranah takdir. Rani mendesah, potongan duka yang didapatkannya sehari silam Ia simpan rapih, enggan ia sajikan untuk melengkapi kepenatan Emaknya.
Kata-kata kepala sekolah kembali terngiang di benaknya, betapa ia harus segera melunasi seluruh kekurangan biaya sekolah, dan betapa ia harus segera memberitahukan Emaknya. Sesegera mungkin.
Persetan!! Emak sudah terlalu letih menanggung hidupku. Takan ku bebani Pundaknya yang sudah terlalu tua. Akan kubuka mata dunia, lengan kecilku akan mampu menanggung kebutukan takdirku sendiri, akan pendidikan.
Rani kembali menyatu bersama adonan tepung dan potongan-potongan pisangnya disertai berbagai wacana yang memenuhi benaknya.
******
“ ko’ buru-buru, Ran?” sapaan Hanifah menghentikan langkahnya menyusuri koridor itu.
“ eh iya nih, aku mau ke Bu Barno.” Jawab Rani.
“ ngapain?”
“ biasa, ngurusin kerang.” Jawab Rani singkat, langkahnya kembali teratur, terdidik rapih untuk segera menuntaskan koridor sekolah.
Maaf kawan, masih ada selusur masa depan yang harus ku taklukan. Setiap detik yang akan kuhabiskan menikmati masa remaja bersama kalian senilai dengn sejengkal hidup yang akan kuberikan untuk Emak.
Butiran molekul yang pembentuk terik, gemuruh angin sore, serta kelamnya angin malam selalu menemani perjuangan Rani. Laksana penjelajah ruang dan waktu, Rani berpindah tempat dalam hitungan beberapa menit. Berkeliling membawa jajanan tradisional yang di buat Emaknya, Mengurusi industri kerang rumahan milik Bu Barno, menjajakan lembaran berita buram diantara celah-celah kendaraan yang dihentikan lampu merah, semua Ia lakukan untuk menebus beban pendidikannya. 3 bulan SPP.
*******
Jam pasir yang berisi butiran kesempatan mendapat hidup yang lebih baik itu menguap, melewati lengkung terakhir. Habis sudah tengat waktu yang diberikan kepala sekolahnya. Habis sudah kesempatannya mengumpulkan rupiah sebanyak 250 ribu. Ia menengadah, gemerincing rupiah yang dihasilkan perasan keringatnya hanya berjumlah 149 ribu rupiah. Jantungnya berderik, matanya lurus, nanar menyaksikan hiruk pikuk alam yang enggan mengerti keterbatasannya.
Bulir-bulir bening mengalir membentuk kawah keputus-asaan, membasahi pipinya yang tertutup debu. Tangisnya pecah, menandakan penyerahan terhadap takdir yang akan menyambutnya esok hari.
Tuhan, saksikanlah keteguhanku menjaga kebahagiaan Emak. Biarlah kulepas semua kenikmatan yang dijanjikan pendidikan, demi Emak. Akan kuhadapi serpihan-serpihan takdirku yang lain, bermodalkan tekad dan senyum Emak. Aku menyerah.
Tangis membawanya pulang, kembali pada Emak dan ketiga adiknya. Kembali pada berakhirnya impian Emak punya anak sarjana, kembali kepada titik beku antara Ia dan kebuasan pendidikan.
“ rani, kemana saja kamu?” tanya Emak.
Derit pintu mengiringi kepulangannya. Mencium tangan Emak dan menyaksikan betapa sesuatu yang lain, sangat lain. Terhidang di antara kursi-kursi reot yang mengisi ruang tamu sempit itu. Irma, Ratih dan Hanifah, teman sekelas Rani, duduk di sudut ruangan.
“ ada apa ini ?” gumam Rani dalam hati.
“ duduk dulu, Nak,”
Emak membimbing Rani duduk di sampingnya. Rani sibuk membaca berbagai ekspresi yang dipancarkan seluruh penghuni ruangan tersebut. apa yang terjadi?
“ Ran, kita kesini Cuma mau nyampein ini.” Hanifah, gadis manis berkerudung putih menyerahkan sebuah amplop putih, yang terdengar bergemericik.
“ apa nih, Han?” tanya Rani, belum dapat menjamah apa yang sedang terjadi.
“ itu amanat dari temen-temen sekelas, Ran,” jawab Irma “ buka dech.” Lanjutnya.
Jemarinya bergetar ketika membuka simpul sederhana yang membelit benda hitam menggelembung itu. Logikanya seakan menolak apa yang diekspektasikan asanya.
“ apa ini !” pekik rani. Inderanya menyangsikan apa yang baru saja ditangkap matanya, amplop putih itu berisi bulatan dan lembaran benda yang diharapkannya. Rupiah.
“ ini uang kita, Ran. Tapi sekarang jadi uang kamu. Kamu ‘ngga pernah cerita apa-apa ke kita, tapi kita tau semuanya, Ran.” Jawab Ratih, seraya mendekati Rani yang duduk tidak jauh darinya.
“ iya, Ran. Hari senen kita UAS, uang ini pake’ buat bayar SPP ya.. sayang kalo kamu berenti di tengah jalan.” Tambah Hanifah.
“ hehehe.. sori nihh uangnya lecek, baru keluar dari celengan sihh,” jawab Ratih.
Gelombang asa yang tiba-tiba menghantamnya, membuatnya tergagu mengahdapi semua rentetan takdir ini. Bibirnya mengelu, menggumamkan sesuatu yang Ia sendiri tak mampu menginterpretasikannya. Lelehan suka-duka kembali membasahi pipinya yang masih berdebu, Ia menangis. Air matanya mengalir deras, sangat deras dan menjadi semakin tak terkendali. Ia melahap semua menu lezat yang dikaruniakan Tuhan, senyum Emak sebagai hidangan pembuka, serta senyum sahabat-sahabat tercintanya sebagai hidangan penutup.
Tuhan, seporsi doaku telah kau jawab. Sepotong asaku telah kau beri jalan. Terimakasih. Dan ternyata, masa sekolah bukan melulu tentang keletihanku, ada makna lain. Makan lain yang coba Kau ajarkan melalui senyum mereka.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CERPEN


MILI DAN KOLAM PERMINTAAN
(Karya Pocut Shafira Putri Aurora)


Hei namaku Mili. Sekarang aku duduk di kelas 3 SD. Aku tidak terlalu pandai dalam pelajaran matematika. Bukannya aku sombong tetapi memang nilaiku di atas rata rata kelas kecuali pelajaran metematika. Kadang nilai metematikaku pas sekali dengan KKM dan kadang hanya lebih beberapa angka. Itulah yang membuatku selalu ranking 3. Tetapi aku tetap bersyukur karena selalu masuk 3 besar.

Pada saat istirahat aku lihat semua anak perempuan berkumpul di depan kelas. Aku pun ikut berkumpul bersama yang lain. Ternyata temanku yang bernama Lulu bercerita tentang kolam permintaan. Aku mendengar baik - baik apa yang dikatakan Lulu. Aku sangat takjub ketika mendengar cerita Lulu tentang seseorang bernama Lala melemparkan koin ke kolam permintaan serta menyebutkan permintaannya yaitu nilai ujiannya selalu bagus dan benar nilainya selalu bagus. Lulu juga berkata kolam permintaan itu berada di jalan Raya Jakarta. Nah jalan Raya Jakarta ini dekat dengan rumahku. Sepertinya nanti sore aku akan pergi kesana.

 "Assalamualaikum.." ucapku didepan pintu gerbang rumahku sepulang sekolah.
 "Waalaikumsalam" ucap mama sambil membuka pintu gerbang.
 "Ma nanti aku keluar rumah dulu ya sehabis mandi" ucapku sangat bersemangat
 "Boleh tapi kamu mau kemana li ?" tanya mama.
 "Ke kolam permintaan ma .. cuma butuh 1 keping koin kok" ucapku sambil mengedipkan         sebelah mata.
 " emang apa permintaanmu ?
 "Aku ingin nilai matematikaku selalu bagus .. besok kan juga ada tes matematika" ucapku agak santai
 "Ok tapi ingat dirumah ini ada peraturan 'selalu belajar pelajaran setiap sore-malam khususnya yang menjadi materi ulangan di esok hari '" ucap mama sambil berjalan menuju pintu rumah.
 "Ok ma .." ucapku

Aku sudah sampai di kolam permintaan aku siapkan koin serta segera mengatakan permintaanku dan aku lemparkan koinku. Aku sangat senang aku segera pulang ke rumah dengan senyuman senang. Sesampainya di rumah mama menyuruhku duduk di meja belajarku dan membaca buku catatan, mengerjakan soal matematika, sebenarnya ini yang kusebut belajar. Kegiatan ini ku jalani dengan sungguh sungguh. Aku belajar matematika sampai malam tetapi aku tetap senang. Hari ini hari bersejarah bagiku karena aku akan mengahadapi ulangan matematika. Walaupun itu hanya mengulang tetapi di matematika itu perlu ketelitian.

Pak Tono memasuki kelas dan mengucapkan salam lalu membahas sedikit materi matematika setelah itu membagikan soal tes. Jantungku berdetak kencang. Kubaca doa dan segera mengerjakan soal. Semua soal kukerjakan dengan teliti. Ketika sudah selesai kuhitung ulang hasil jawaban ulangan matematikaku. Walau aku mengumpulkan paling terakhir tetapi yang penting semuanya betul. Lalu Pak Tono mengatakan bahwa ia akan membagikan hasil nilai matematika besok. Jantung ku semakin berdetak kencang karena besok matematika adalah pelajaran pada jam pertama.

Sudah lama kumenunggu saat - saat ini. Hari ini dibagikan hasil nilai tes matematika. Pak Tono memasuki kelas, jantungku berdetak kencang lagi. Murid - murid yang piket ditugaskan untuk membagikan hasil tes matematika oleh Pak Tono. Kebetulan Lulu mendapat giliran piket, dia membagikan nilai ulangan matematikaku. Dia mendekatiku dan membisikiku
 " Nilaimu hebat "
lalu dia memberikanku nilai matematikaku dan ternyata nilaiku adalah .. sembilan koma sembilan (9,9) aku hanya salah satu soal setelah ku lihat .. jawabanku tidak salah. Aku mengatakan hal itu pada Pak Tono dan Pak Tono menjawab
 "Oh ya li maaf ya.. jawabanmu itu benar bapak akan segera mengubah nilaimu " ucap Pak Tono, aku sangat senang.

Sesampainya di rumah aku langsung mengucap salam dan langsung memeluk mama aku mengatakan tentang nilai ulangan matematikaku. Mama sangat senang begitu pula aku dan tiba tiba mama berkata
 "apa kamu berpikir bahwa ini karena kolam permintaan"
 "ya" ucapku bersemangat
 "sebenarnya itu bukan karena kolam permintaan" ucap mama lagi
 "terus apa ?" tanyaku kebingungan
 "itu karena kamu belajar dengan sungguh sungguh" ucap mama lagi.
Aku memandang mama dan berkata
 "terima kasih ya ma sudah mengajariku " ucapku sambil menangis tanda terima kasih serta terharu dengan kebaikan mama mengajariku matematika.
 "sama sama" ucap mama sambil tersenyum.
Hari bersejarah ini tidak akan kulupakan seumur hidupku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DI PENGHUJUNG TAHUN 2012


Di penghujung tahun 2012 ini Alloh swt menunjukan rasa sayangnya padaku dengan memberiku rasa sakit. Pada tanggal 16 Desember 2012 aku jatuh sakit. Di balik rasa sakit yang kualami ternyata terdapat juga kebahagiaan didalamnya.

Selama dua bulan terakhir ini aku tak pernah pulang ke rumah karena kegiatanku yang begitu padat di Kampus jadi tak ada waktu untuk pulang kerumah. Hmmm........ternyata aku bisa pulang juga kerumah bertemu dengan keluarga tercinta yang sangat kurindukan, walaupun aku pulang karena sakit.

Aku sangat senang bisa pulang, tapi.....ada rasa yang sedikit mengganjal di dalam hati ini. Terasa berat ketika aku meninggalkan teman-teman dan tanggung jawabku, aku membebankan tanggung jawabku kepada teman-teman seperjuangan untuk mengambil alih tugas dan tanggung jawabku dalam dua kegiatan yang besar yaitu P2KM dan Wisuda Desember. Rasanya aku ingin segera kembali, tapi apa daya tubuh ini tak kuasa,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Maafkan aku teman-teman baikku, aku tak dapat membantu kalian semua,,,,,,,,,,,

Dimalam tahun barupun aku tak pergi kemana-mana, hanya menghabiskan malam bersama keluarga dan para tetangga dengan makan bersama. Akhirnya tiba juga di hari pertama di tahun 2013, semoga ditahun ini semua mimpi dan harapanku dapat terealisasikan dan aku dapat menghadapai apapun yang akan datang menghampiriku dalam perjalanan hidup ini,,,,

Hmm,,,,,,,,,,,,,,,dan ternyata sudah ada beberapa hal yang sudah menantiku. UAS di depan mata, disusul dengan KKN dan FKIP EKSPO,,,,,,,,,,,,,,,

Herina.......Fighting....Fighting......

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS